Desa Demangan, Siman, Ponorogo, Jawa Timur – K.A Toebagoes Abuyamin, seorang keturunan Sultan Banten, telah tiba di Desa Demangan dengan tujuan mencari tempat tinggal dan menimba ilmu di wilayah Jawa Timur. Kedatangannya ini didasari petunjuk dari ayahnya. K.A Toebagoes Abuyamin berangkat dari Banten dengan pengawalan satu peleton prajurit yang setia.
Selain itu, Sultan Banten juga mengutus Toebagoes Idhar, keponakan atau sepupu K.A Toebagoes Abuyamin, untuk mengawasi perjalanan serta mencarikan tempat yang cocok bagi K.A Toebagoes Abuyamin.
Namun, dalam perjalanan, K.A Toebagoes Abuyamin dan Toebagoes Idhar terpisah. K.A Toebagoes Abuyamin melanjutkan perjalanan bersama para prajuritnya, sedangkan Toebagoes Idhar berjalan sendirian hingga akhirnya mencapai salah satu tempat yang saat ini dikenal sebagai Desa Demangan.
Setelah sampai di tempat yang menjadi cikal bakal Desa Demangan, Toebagoes Idhar bertemu dengan Eyang Sodosari dan Eyang Majlari, dua pengembara yang sedang beristirahat di lokasi tersebut. Mereka kemudian membuat sebuah gubuk kecil sebagai tempat bermalam.
Beberapa tahun kemudian, setelah Toebagoes Idhar merasa bahwa tempat tersebut nyaman dan aman untuk dihuni, ia mencari K.A Toebagoes Abuyamin dengan tujuan memimpin dan mengembangkan agama Islam di wilayah tersebut.
Rombongan K.A Toebagoes Abuyamin mulai membangun gubuk-gubuk baru sebagai tempat tinggal mereka. Selain itu, K.A Toebagoes Abuyamin juga memiliki inisiatif untuk membangun sebuah tempat ibadah, yakni sebuah Masjid. Namun, lokasi tersebut hanya ditumbuhi ilalang, sehingga K.A Toebagoes Abuyamin memutuskan untuk mencari kayu yang diperlukan untuk pembangunan Masjid.
Dalam perintahnya kepada prajuritnya, K.A Toebagoes Abuyamin menyatakan, “Kalian semua saat berada di Kesultanan Banten adalah prajuritku, dan Aku adalah Putera Sultan, tapi disini sudah berbeda. Disini aku adalah Kiai, dan kalian semua adalah jamaah atau santri.”
Akhirnya, K.A Toebagoes Abuyamin memberi petunjuk kepada para santrinya untuk mencari kayu di wilayah timur, tepatnya perbatasan Sooko dan Pulung. Sesampainya di tempat tersebut, para santri menemukan sebuah kayu jati yang besar dan kemudian memotongnya.
Mengingat ukuran kayu jati yang sangat besar, para santri mencari tujuh pasang kuda (14 ekor kuda) untuk mengangkut kayu tersebut. Namun, karena ukurannya yang besar, kuda-kuda yang dibawa oleh para santri tidak mampu berjalan membawa kayu tersebut. Salah satu santri pun pulang untuk melaporkan kesulitan tersebut kepada K.A Toebagoes Abuyamin.
Dalam penyelesaiannya, K.A Toebagoes Abuyamin mendatangi tempat tersebut dan memerintahkan para santri untuk melepas semua kuda yang membawa kayu. Ia menyuruh mereka menyisakan satu pasang kuda saja. Setelah itu, K.A Toebagoes Abuyamin mencari daun kelapa yang masih muda dan mengambil lidinya. Ia berdiri di samping kayu jati tersebut dan menggunakan lidinya untuk memecut kayu tersebut. Dengan izin Allah, kuda yang membawa kayu jati tersebut akhirnya dapat berjalan menuju tujuan mereka, yaitu Desa Demangan.
Masjid Jami’ K.A Toebagoes Abuyamin di Desa Demangan, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo nampak dari depan.
Sebatang pohon jati yang besar itu kemudian digunakan untuk membangun sebuah Masjid yang saat ini dikenal sebagai Masjid Jami’ K.A Toebagoes Abuyamin, sebuah tempat ibadah yang menjadi bukti keajaiban dan keteguhan iman dalam pembangunan Masjid tersebut.
Dengan kehadiran K.A Toebagoes Abuyamin dan usahanya dalam membangun Masjid Jami’, Desa Demangan, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo kini memiliki sebuah tempat ibadah yang menjadi simbol keagungan dan keberkahan bagi warga setempat. @your-indonesia