Grebeg Besar merupakan tradisi yang berlangsung di Keraton Surakarta untuk memperingati Hari Raya Idul Adha. Ratusan warga Surakarta bergabung dengan kerabat dan abdi dalem keraton dalam acara yang diadakan setiap tahun tersebut. Grebeg Besar menjadi salah satu perayaan yang paling dinanti di Surakarta, karena menggabungkan nuansa Islami dengan adat istiadat Jawa.
Tradisi Grebeg Besar diadakan sebagai puncak perayaan Idul Adha pada tanggal 10 Dzulhijah. Keraton Surakarta, sebagai pewaris Dinasti Mataram Islam, selalu menggelar tiga kali tradisi grebeg setiap tahunnya, yaitu Grebeg Mulud pada bulan Rabi’ al-Awwal, Grebeg Syawal pada Hari Raya Idul Fitri, dan Grebeg Besar pada Hari Raya Idul Adha.
Seperti Grebeg Besar tahun 2023 yang digelar pada hari Kamis, 29 Juni 2023 ini, atas perintah dari Raja Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, SISKS. Pakoe Boewono XIII, ratusan Sentono dan Abdi Dalem mengikuti prosesi upacara adat untuk memperingati Hari Raya Idul Adha 1444H/2023 tersebut.
Prameswari Dalem GKR. Pakoe Boewono mengungkapkan bahwa gelaran Grebeg Besar merupakan tradisi rutin tahunan Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang sudah dilaksanakan selama ratusan tahun.
“Grebeg Besar ini upacara adat yang rutin digelar setiap hari raya Idul Adha di Kraton Surakarta, dan sudah berlangsung selama ratusan tahun,” ujar GKR. Pakoe Boewono. “Dan selama masa pemerintahan Sinuhun Pakoe Boewono XIII, tradisi-tradisi semacam ini tetap dilaksanakan dan terjaga kelestariannya,” imbuh Permaisuri SISKS. Pakoe Boewono XIII tersebut.
Puncak dari Grebeg Besar adalah prosesi mengarak gunungan yang penuh dengan makanan yang disediakan oleh keraton. Ada dua gunungan yang disebut Gunungan Kakung dan Gunungan Estri, yang diarak dari dalam keraton menuju Masjid Agung di kompleks Alun-alun Utara untuk didoakan oleh para ulama keraton.
Gunungan Kakung melambangkan kesuburan dan keberlangsungan hidup. Gunungan ini terdiri dari hasil bumi yang melambangkan asal-usul manusia dan kelimpahan alam. Sementara itu, Gunungan Estri melambangkan sifat negatif dan destruktif. Keduanya harus disatukan sebagai simbol persatuan kekuatan yang besar demi kemajuan keraton. Peran raja adalah menyatukan kedua kekuatan tersebut untuk menciptakan kekuatan yang kuat bagi keraton.
Setelah didoakan di masjid, kedua gunungan tersebut dibawa kembali ke kompleks keraton. Di halaman keraton, gunungan tersebut diturunkan dan diperebutkan oleh ratusan warga yang telah menunggu dengan antusias. Tradisi ini disebut “rayahan” dan telah menjadi bagian dari Grebeg Besar selama ratusan tahun. Warga meyakini bahwa makanan yang telah didoakan oleh para ulama tersebut membawa berkah, dan mereka berebut untuk mendapatkan bagian dari berkah tersebut.
Grebeg Besar memiliki makna yang mendalam di baliknya. Selain sebagai perayaan Hari Raya Idul Adha, tradisi ini juga menjadi simbol rasa syukur dan penghormatan kepada Tuhan. Melalui upacara ini, masyarakat Surakarta dapat menggali makna sejati dari rasa syukur dan berbagi berkah dengan sesama. Grebeg Besar diharapkan terus dilestarikan sebagai warisan budaya yang berharga dan menjadi sumber inspirasi bagi generasi mendatang.
Perayaan Grebeg Besar di Keraton Surakarta bukan sekedar untuk merayakan Idul Adha, tetapi juga merupakan simbol dari rasa syukur dan penghormatan kepada Tuhan. Melalui upacara ini, masyarakat dapat mengalami kekayaan budaya Jawa dan memperkokoh ikatan dalam komunitas mereka. Grebeg Besar menjadi bukti nyata dari warisan Keraton Surakarta yang terus dilestarikan, sekaligus sebagai wujud komitmen keraton dalam melestarikan budaya dan memperkuat rasa kebersamaan serta spiritualitas dalam masyarakat Surakarta. @Yourindonesia